Senin, 30 Maret 2009

Kasihan Hamilton...Kasihan McLaren...



SUDAH berapa banyak FIA, lebih tepat para steward, mengambil keputusan yang sepertinya berbau 'Ferrari banget'? Kalau mau dirunut ke belakang memang banyak dan itu menurut sebagian mantan pembalap dan juara dunia F1 akan melunturkan kecintaan orang pada olahraga maut ini.

Saya buka ingatan sedikit tentang keputusan-keputusan kontroversial atau "kontroversial" yang pernah diambil FIA lewat para steward mereka yang bekerja sebagai pengawas lomba F1 dari race ke race.

1) Valencia 2008: Felipe Massa dianggap membahayakan sesama pembalap (Adrian Sutil) akibat saat sudah menyelesaikan pit stop tidak melaju pada kondisi aman. Kita tak usah membicarakan penyebab, tapi jenis hukumannya. Kalau memang itu berbahaya, ya bisa saja Massa kena penalti drive through di pit lane yang bisa dikonversi menjadi tambahan waktu 25 detik dari hasil lombanya, karena investigasi dilakukan pasca-lomba bukan saat lomba. Untuk "menyelamatkan" Massa (dan juga Ferrari?) akhirnya Massa hanya diberi peringatan keras dan denda 10.000 euro dan ia tetap dinyatakan sebagai pemenang lomba. Kalau Massa dipenalti, Hamilton yang menang.

2) Interlagos 2007: Pada mobil-mobil dua tim, BMW dan Williams, kedapatan suhu bahan bakar yang lebih dingin dari keharusan 10 derajat di bawah suhu udara di trek (terdeteksi 12-15 derajat). FIA menyatakan mereka bersalah, tapi uniknya tidak mendiskualifikasi mereka. Kalau para pembalap Williams dan BMW yang masing-masing finis di GP Brasil itu pada urutan 4 (Nico Rosberg/Williams), 5 (Robert Kubica/BMW), dan 6 (Nick Heidfeld/BMW) didiskualifikasi, maka Hamilton yang waktu itu finis di urutan 7 akan naik ke urutan 4. Kalau itu skenarionya, Hamilton-lah yang jadi juara dunia 2007 bukan Kimi.

3) Monza 2006: GP Italia kandang Ferrari, tekanan ada pada siapa pun yang mencoba melawan mereka, termasuk para steward? Pada babak kualifikasi Felipe Massa mengeluhkan ia dihalang-halangi oleh Fernando Alonso yang waktu itu masih membela Renault dan sedang bersaing keras dengan Michael Schumacher untuk jadi juara dunia. Memang ada regulasi bahwa siapa pun yang menghalangi seorang pembalap yang sedang membuat catatan waktu kompetitif (flying lap) akan kena penalti berupa pencoretan waktu terbaiknya. Dari layar kaca jelas terlihat waktu itu Alonso berada jauh di depan Massa (sekitar 300-an meter) dan masih jauh dari kategori "menghalangi". Massa komplain dan steward memutuskan Alonso bersalah. Gara-gara start dari posisi 10 dan mobilnya dipaksa geber habis, Alonso rontok saat lomba. Kebetulan Schumacher menang saat itu dan menyatakan pensiun pada akhir musim.

Ini adalah tiga contoh besar yang "melibatkan Ferrari" dan bahkan bisa ikut menentukan ke mana juara dunia berlabuh. Memang pada beberapa kasus para steward juga berlaku fair, seperti kasus Schumacher yang sengaja "memarkir" mobilnya di GP Monako yang sempit sehingga pembalap lain tak bisa lewat. Schumi waktu itu diganjar start dari urutan paling belakang dan itu tepat.

Sekarang kita lihat kasus Hamilton, pertama dari regulasinya dulu. Ada beberapa istilah yang kayaknya enak kalau kita sedikit buka maknanya. Pertama, chicane. Mudahnya, ini adalah tikungan berbentuk hurus S alias dua belokan beruntun (kanan-kiri atau kiri-kanan). Kedua, cut the chicane. Ini adalah gejala akibat pembalap kehilangan kendali untuk tetap berada di chicane (jalur lomba) sehingga dia terpaksa memotong chicane itu dengan biasanya melaju lurus dan dengan sendirinya mendapat keuntungan.

Regulasi mana yang dianggap terlanggar oleh Hamilton adalah:
Regulasi Lomba F1 2008
Pasal 30.3 a) During practice and the race, drivers may use only the track and must at all times observe the provisions of the Code relating to driving behaviour on circuits.
juga... Appendix L International Sporting Code FIA 2008
g) The race track alone shall be used by the drivers during the race.

Kedua regulasi ini mengarah kepada penggunaan seluruh trek, bukan dengan cara memotongnya, oleh semua pembalap, dari free practice, kualifikasi, hingga race. Memang pada saat kejadian di lap 41 GP Belgia itu Hamilton yang sedang berduel dengan Kimi jelas-jelas salah karena cut the chicane yang berarti dia tidak menggunakan jalur lomba yang benar, yaitu di trek. Tapi, ada regulasi tidak tertulis di F1 dan ini adalah kesepakatan antar-pembalap dengan Charlie Whiting (race director tetap F1), bahwa kalau seorang pembalap terpaksa cut the chicane, maka dia harus segera memberi jalan kepada siapa pun pembalap yang "disusulnya" akibat keuntungan yang didapatnya. Misalnya, sebelum chicane Kimi di depan Hamilton di belakang. Lantas karena Hamilton memotong jalur dia jadi lebih cepat dan akhirnya ada di depan Kimi, nah Hamilton harus memberikan jalan kembali kepada Kimi. Kalau tidak ia kena penalti.

Sekarang, apakah Hamilton bersalah? Kalau hanya mengacu pada dua regulasi di atas, ya. Tapi bila melanjutkan pembahasan pada gentlemen agreement pembalap-race director, tidak. Kenapa? Karena Hamilton telah memberikan jalan kembali kepada Kimi, dalam arti waktu itu posisi pimpinan lomba tetap dipegang oleh Kimi. Menurut pengakuan kubu McLaren pun mereka telah kontak-kontakan dengan FIA pada kejadian itu dan FIA bilang, oke. Maksudnya kelakuan Hamilton tepat.

Namun rupanya para steward punya pandangan lain. Tiga steward GP Belgia yang mengambil keputusan, Nicholas Deschaux, Surinder Tatthi, dan Yves Bacquelaine, menetapkan bahwa Hamilton tetap bersalah karena "cut the chicane and GAINED ADVANTAGE". Dalam rilis mereka kata-kata gained advantage tidak dijadikan kapital, itu hanya penekanan saya. Kayaknya, definisi gained advantage ini yang dijadikan pemicu. Hamilton telah memberikan jalan kepada Kimi, ya. Tapi ia tetap masih punya keuntungan karena "bisa langsung menyerang" Kimi yang akhirnya ia berhasil menyusul Kimi tak lama setelah itu. Aksi "bisa langsung menyerang" inilah yang bisa jadi dianggap sebagai keuntungan yang didapat Hamilton karena ia menjadi amat dekat dengan Kimi dan Hamilton tidak sedikit menahan laju mobilnya agar Kimi benar-benar punya jarak. Hamilton akhirnya dipenalti 25 detik dan melorot ke posisi 3 di bawah Massa dan Heidfeld.

Beberapa pembalap, Massa tentu, juga Jarno Trulli (Toyota), melihat Hamilton memang mengambil keuntungan dari cut the chicane ini. Namun, tak sedikit yang sinis dengan keputusan para steward ini di antaranya Niki Lauda, yang pernah jadi juara dunia bersama McLaren dan Ferrari.

McLaren sudah mengajukan banding. Tapi, sekali lagi, biasanya banding terhadap penalti yang sebenarnya berupa drive through itu tidak lazim. Karena drive through adalah hukuman yang harus dijalankan, bukan dibanding. Ini juga masalah penting. Hamilton sebenarnya memang dikenai drive through penalty, namun karena kejadiannya pada lap 41 (dari 44) alias 5 lap menjelang finis, maka dikonversi menjadi 25 detik.

Kasihan Hamilton...kasihan McLaren...

MONZA
Sekarang kita menyorot balapan terdekat, Monza. Ini adalah trek low downforce dan butuh mesin prima. Low downforce maksudnya tim akan menggunakan sayap-sayap semininal mungkin agar mereka bisa melaju cepat di trek yang memang tercepat di F1 saat ini. Menyambung itu, tenaga mesin amat dibutuhkan di sini. Yang menarik adalah, ada pula regulasi di mana 1 mesin harus digunakan untuk 2 GP. Kita lihat pembalap yang memakai mesin baru di GP Belgia lalu. Ini dia daftarnya:

* 01 Ferrari - Kimi Räikkönen (01 adalah nomor mobil)
* 03 BMW Sauber - Nick Heidfeld
* 07 Williams Toyota - Nico Rosberg
* 08 Williams Toyota - Kazuki Nakajima
* 09 Red Bull Renault - David Coulthard
* 10 Red Bull Renault - Mark Webber
* 12 Toyota - Timo Glock
* 17 Honda - Rubens Barrichello
* 20 Force India Ferrari - Adrian Sutil
* 22 McLaren Mercedes - Lewis Hamilton
* 23 McLaren Mercedes - Heikki Kovalainen

Di luar nama-nama itu, mereka berarti sudah menggunakan mesin yang sama sejak GP sebelumnya di Valencia. Tapi ada juga regulasi yang menyatakan, pembalap yang tidak finis (DNF) boleh menggunakan mesin baru pada seri berikut. Kalau kita kerucutkan kepada persaingan Ferrari vs McLaren, maka jelas Ferrari akan mengambil keuntungan, tapi kali ini secara fair.

Hamilton dan Kovalainen akan menggunakan mesin yang sama di Italia ini karena regulasi mengharuskan itu. Apakah itu jadi kerugian? Bisa jadi ya, karena duet Ferrari akan menggunakan mesin baru. Status mesin pada GP yang kedua itu pula yang membuat penampilan Massa di Belgia melempem saat balapan masih kering. Itu karena dia sudah habis-habisan di Valencia. Dan ingat, Ferrari baru saja punya masalah dengan reliability (ketahanan) mesin beruntun yang menimpa Massa di Hongaria dan Kimi di Valencia.

Selain low downforce dan powerful engine, Monza juga butuh mobil dengan setelan selunak mungkin untuk meredam kerb di pinggir trek. Kerb itu adalah bagian dari racing line, yang harus dilibas bila ingin mendapat lap time yang bagus. Dengan kondisi mobil senantiasa dalam kondisi full throttle (gas pol), maka saat melibas kerb pun bisa dipastikan kecepatan mobil masih di atas rata-rata kesempatan yang sama di trek-trek lain.

Nah, Ferrari tahun lalu tersiksa dengan kondisi ini. Tahun ini mereka yakin sudah memperbaiki masalah, tapi tetap harus ditunggu apakah masalah itu terselesaikan atau tidak. Kalau tidak, gantian kita bilang: kasihan Ferrari...sudah "ditolong" FIA, berlaga di depan publik sendiri, masih pula tidak memanfaatkan peluang.

Monza juga bisa jadi tempat di mana Kimi akhirnya memberikan jalan kepada Massa yang amat lebih berpeluang menjadi juara dunia. Bila kondisi memungkinkan, terutama bila Hamilton juga tampil kompetitif, tak ada salahnya memang Ferrari memainkan kartu truf lamanya: Team Order.